Selama Bumi masih berputar, maka lempeng tektonik dan kerak Bumi juga
akan terus bergerak. Lempeng tektonik Bumi sudah bergerak dari sejak
awal Bumi terbentuk hingga akhir hayatnya sang Bumi.
Gempa bumi terjadi karena bergesernya lempeng-lempeng tektonik pada
permukaan luar Bumi dan itu terjadi puluhan kali setiap hari. Namun
karena intensitasnya yang lemah, maka tidak dapat dirasakan oleh indera
manusia karena terlalu kecil getarannya.
Selain gempa tektonik karena pergeseran lempeng tektonik, gempa juga
terbentuk karena adanya aktifitas vulkanik (gunung api) yang dinamakan
gempa vulkanik, namun sangat jarang dan sedikit persentasenya.
Video pergerakan lempeng tektonik pada awal bumi terbentuk hingga kini (Nat Geo):
Selama Bumi masih berputar maka pikiran manusia juga akan terus
berfikir, salah satunya adalah bagaimanakah cara mengetahui atau
meramalkan suatu gempa bumi?
Suatu kejadian alam pastilah ada sebab dan akibatnya. Dan suatu
kejadian alam pastilah ada tanda-tandanya. Masalahnya selama ini adalah,
belum terkuaknya bagaimanakah cara memprediksi suatu gempa bumi…
Video pergerakan lempeng tektonik dari 650 juta tahun yang lalu, hingga lebih dari 250 juta tahun ke masa yang akan datang:
Ilmuwan dapat memprediksi gempa besar menggunakan pergerakan lempeng
di dalam Bumi. Teori ini muncul pada tahun 1960-an dan dikonfirmasi pada
tahun 1970-an.
Mereka juga bisa menerka lokasi kemungkinan gempa dengan melihat
sejarah gempa di daerah tertentu serta mendeteksi tekanan di sepanjang
garis patahan.
Beginilah terjadinya pergesaran lempeng tektonik yang menyebabkan gempa bumi.
Contohnya, apabila sebuah daerah pernah mengalami empat kali gempa
berkekuatan 7 magnitude atau lebih selama 200 tahun terakhir, ilmuwan
dapat menjelaskan kemungkinan akan ada gempa berkekuatan kurang lebih
sama dalam waktu 50 tahun lagi.
Meskipun demikian, prediksi tidak dapat diandalkan. Selain akurasinya
hanya 50 persen, tegangan pada sebuah bagian patahan dapat meningkatkan
tekanan pada bagian lain juga.
Video animasi terjadinya gempa dan tsunami di Sumatera:
Pada akhirnya, prediksi gempa oleh manusia selalu samar-samar. Gempa
yang dapat diprediksi dengan akurasi lebih tinggi adalah gempa-gempa
susulan setelah gempa utama.
Prediksi gempa susulan dilakukan
berdasarkan riset panjang dari pola gempa.
Untuk gempa utama, seismolog
memberikan risiko kerusakan yang akan terjadi pada suatu daerah.
Seismolog mengukur gerakan kerak bumi di sekitar daerah patahan untuk
mengukur tegangan yang terjadi. Pengukuran biasanya dilakukan dengan
alat GPS dengan tingkat akurasi yang tinggi. Alat lain, seperti pemindai
laser untuk mengukur perubahan bentuk tanah, juga pernah digunakan.
Peneliti juga mengaitkan gempa bumi dengan medan magnet dan listrik
dalam bebatuan. Beberapa ilmuwan membuat hipotesis: medan
elektromagnetik berubah sebelum gempa bumi.
Peta daerah rawan gempa diseluruh dunia ditandai dengan titik htam. Titik-titik hitam juga menandakan bahwa di daerah tersebut pernah terjadi gempa bumi. Semakin banyak dan padat titik-titik tersebut, berarti semakin sering dan semakin tinggi intensitas dan aktifitas gempa bumi. |
Selain itu, ilmuwan juga mencari tahu hubungan kebocoran gas dengan
gempa bumi. Pada tahun 2009, misalnya, teknisi asal National Institute
for Nuclear Phusucs di Italia mengklaim diirnya berhasil memprediksi
gempa di L’Aquila dengan mengukur gas di kerak bumi. Temuan teknisi
bernama Giampaolo Giuliani masih dianggap kontroversial.
Giuliani dianggap tidak pernah menerbitkan laporan yang teruji secara
ilmiah yang berkaitan dengan metode pengukuran, analisis data,
eliminasi gangguan, dan hubungan statistika. Padahal untuk urusan
genting seperti gempa bumi, hal-hal seperti itu sangat penting.
Indonesia earthquake activity
World earthquake map |
26-12-2004 Sumateran Tsunami
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar